Janda Berkisah "Menggapai Impian"

Menggapai Impian


Aku mengucapkan syukur tiada terhingga kepada Allah Swt. Dia telah ajari aku segalanya. Jika Allah tak membuatku terpuruk ekonomi, mustahil aku akan bisa mengerti perasaan para fakir-miskin sedangkan aku bercita-cita menjadi ibu bagi mereka. Aku bersyukur, Allah telah menjadikanku pedagang kecil, tanpa itu mustahil aku bisa mengerti penderitaan dan kesulitan para pedagang kecil.



Atas petunjuk Allah, aku menemukan sebuah garis yang bisa menghubungkan dengan cita-citaku yang pernah aku ceritakan kepada Allah. Begitu baik Allah kepadaku. Dia beri kesempatan kepadaku untuk terjun ke lapangan agar aku langsung bisa merasakan secara langsung penderitaan mereka, sehingga aku bisa memahami berbagai penderitaan orang-orang yang ingin aku rengkuh.

Kini, aku langsung terjun merasakan beban berat seorang janda, pedagang kecil yang miskin, dan seorang ibu yang tengah merasakan penderitaan anak-anaknya. Kelak suatu saat nanti akulah yang harus menjadi pembela bagi mereka. Demikian janji yang terpatri dalam relung sanubariku saat itu. 


Kini, aku langsung terjun merasakan beban berat seorang janda, pedagang kecil yang miskin, dan seorang ibu yang tengah merasakan penderitaan anak-anaknya. Kelak suatu saat nanti akulah yang harus menjadi pembela bagi mereka. Demikian janji yang terpatri dalam relung sanubariku saat itu.


Memang betapa penderitaanku sebagai seorang janda akhirnya menjadi perenungan yang panjang. Wanita adalah makhluk yang sering diposisikan lemah dan salah. Di saat mentalku ’jatuh’, banyak hinaan dan cemoohan orang kepadaku, di saat aku benar-benar memerlukan pembelaan dan dorongan. Aku dituduh macam-macam, dihina dan dilecehkan. Tidak jarang aku dihina dan dilecehkan terang-terangan justru oleh sesama wanita. Aku dipandang sebelah mata. Aku dianggap sebagai wanita yang gagal dan patut ditertawakan.


"Ya Allah, Aku tidak bisa membela diriku sendiri. Aku tidak bisa berdalih. Engkaulah teman bagi wanita Engkaulah pembela wanita. Aku sakit dan lara menghadapi hinaan dan cemoohan. Aku dilecehkan dan disalahkan.


Tunjukkan kepada mereka kebenaran yang sesungguhnya," bisikku kepada Tuhan saat merasa disakiti oleh sesama wanita.


"Ya Allah, aku yang sakit malah semakin sakit. Aku yang sedih malah semakin sedih. Aku yang terhimpit malah semakin terjepit. Engkaulah penghiburku di saat semua orang memandang rendah diriku. Engkaulah Yang Maha Melihat di saat semua orang buta melihat kenyataan. Engkaulah penajkah diriku dan anak-anakku di saat kami kelaparan dan kehausan. Engkaulah dambaan masa depan mereka," lanjutku.


Aku menganggap musibah kegagalanku ini sebagai anugerah Allah yang patut disyukuri. Karena, dari sanalah aku bisa lebih jelas melihat kehidupan, lebih banyak mendapat pelajaran dan pengalaman, dan lebih mengenal diriku dan Tuhanku. Lalu, bagaimana aku akan mengingkari nikmat Tuhanku yang sangat berlimpah untukku? Pandangan inilah yang memberi kekuatan luar biasa untukku yang membuat diri ini tidak mengenal takut menghadapi hidup.


Sesungguhnya Tuhan adalah sumber kekuatan bagi wanita-wanita lemah yang mengalami keterpurukan seperti diriku. Dia-lah yang kelak akan memunculkan wanita-wanita kuat untuk memgantarkan anak-anak mereka menuju masa depan.

Postingan populer dari blog ini

Apa Itu Cinta, Dari Mana Itu Cinta, Dimulai Dari Cinta

Seroja

Pacaran Dilihat Dari Kaca Mata Islam, Profesi dimasa depan, Keluargaku dimasa Depan