Penatian Sekorang Gadis Di Tepian Telaga
PENANTIAN GADIS DI TEPIAN TELAGA
Wajahnya syahdu, kulit kuning langsat, berambut hitam ikal diikat dengan pita berwarna merah.
Sesekali, ia lepas ikatan itu hingga rambut tertiup angin menutup sebagian wajahnya. Senyum manis dengan lesung pipit menambah pesona kecantikannya
Di sampingnya, duduk seorang lelaki hitam manis sedang menatap telaga di hadapan mereka dengan pandangan kosong. Entah apa yang hendak ia katakan pada gadis itu.
“Akhirnya, aku tahu kau akan pergi,” kata gadis itu, memecah keheningan.
Lelaki itu menatap lembut wajah sang gadis.
“Maafkan aku,” katanya. Hanya itu saja yang bisa ia ucapkan.
Si gadispun tersenyum, berusaha menutupi kegundahannya.
“Tak apa, aku bisa mengerti bahwa kepergianmu untuk masa depan” kata gadis perlahan
“Terima kasih atas pengertianmu, aku janji, akan segera kembali.” balas lelaki itu.
Dan telagapun menjadi saksi atas ketulusan hati gadis yang tengah dirundung kepedihan.
Seorang gadis terlihat duduk termangu di tepian telaga.
Rambutnya tersibak ditiup angin.
Kedua tangannya memeluk betis, memandang lurus ke dasar telaga.
Sorot mata sayunya seolah-olah mengekspresikan apa yang ada di hatinya selama ini.
Ia tetap setia menunggu di tepian telaga.
Perbedaan waktu dan jarak membuat mereka tak bisa berkabar, apalagi bersua.
“Aku janji akan segera pulang,” rupanya kalimat itu masih terngiang di benaknya. Sebuah janji dari lelaki yang dirindukan.
Mungkin ini hanyalah cerita tentang penantian yang tiada seorangpun tahu kapan akan berakhir.
Menanti, satu hal yang paling dihindari setiap manusia.
Tidak terhitung lagi betapa banyak harapan telah pupus hanya karena sebuah penantian.
Ada juga yang tetap menyimpan harapan itu, merajutnya satu demi satu dan kemudian disampaikan kepada Sang Penguasa Semesta.
Entah sampai kapan berdamai dengan waktu demi sebuah penantian.
Jakarta 22 November 2022
By Tony Herman