Serial 4 : CLBK – Ketika Masa Lalu Mengetuk Lagi

Luka Lama yang Belum Sembuh

Aku pikir hanya aku yang terusik oleh masa lalu Raka.

Ternyata semesta ingin mengingatkanku: aku pun belum benar-benar berdamai dengan masa laluku sendiri.

Malam itu, saat aku baru saja selesai mandi dan bersiap untuk tidur, ponselku berbunyi. Bukan pesan, bukan notifikasi grup kerja, melainkan sebuah nama yang sudah lama tak muncul lagi di layar: Reno.

Aku terpaku.

Reno adalah pria yang datang setelah Raka pergi. Hubungan yang kujalani dalam kondisi hati setengah hancur dan terlalu ingin sembuh. Aku mencoba mencintainya, tapi yang sebenarnya aku lakukan saat itu hanyalah mencari pelarian. Dan ketika semuanya tak berjalan seperti yang kubayangkan, aku meninggalkannya—tanpa penjelasan yang cukup.

Dan kini, dia mengirim pesan.

“Hai, Naya. Gak nyangka nomor kamu masih aktif. Aku lagi di Jakarta minggu ini. Bisa ketemu, ngobrol sebentar?”


Masa Lalu yang Belum Usai

Aku tak langsung menjawab. Tapi pesan itu membuat pikiranku tak tenang.

Aku memikirkan Raka—hubungan kami yang masih dalam tahap belajar percaya lagi. Tapi aku juga tahu, aku punya tanggung jawab untuk menyelesaikan kisah yang dulu kutinggalkan tanpa penutup.

Esoknya, setelah menimbang-nimbang, aku membalas pesan Reno.

“Boleh. Tapi hanya ngobrol sebentar.”

Kami sepakat bertemu di sebuah kedai kopi kecil di daerah Tebet. Tempat yang cukup netral, jauh dari kenangan dan jauh dari gangguan.

Pertemuan yang Membuka Luka

Reno masih seperti dulu. Lebih dewasa, mungkin. Lebih tenang. Tapi tatapan matanya masih sama—membacaku dalam diam.

“Kamu kelihatan lebih tenang sekarang,” katanya sambil menyeruput kopi.

Aku mengangguk. “Mungkin karena aku udah mulai berdamai dengan banyak hal.”

Dia tersenyum. “Termasuk sama aku?”

Aku terdiam.

“Reno… aku minta maaf. Dulu aku pergi tanpa penjelasan. Aku... lagi berantakan. Dan kamu datang di waktu yang salah.”

Reno mengangguk pelan. “Waktu itu aku gak ngerti kenapa kamu tiba-tiba berubah. Tapi sekarang aku sadar, mungkin aku hanya jadi tempat kamu berlindung sebentar dari badai.”

Aku menunduk. “Aku gak adil ke kamu.”

“Enggak. Kamu cuma manusia. Sama kayak aku. Tapi sekarang, aku cuma pengen bilang satu hal: aku gak nyimpan dendam. Dan aku senang kalau kamu udah nemu jalanmu lagi.” 

Satu Pertanyaan dari Reno

Sebelum kami berpisah, Reno menatapku sekali lagi. Matanya serius.

“Naya... kalau waktu bisa diulang, kamu akan tetap milih Raka?”

Pertanyaan itu menghentak jantungku.

Aku tak langsung menjawab. Tapi dalam hati aku tahu jawabannya.

“Iya,” jawabku pelan. “Tapi bukan karena kamu gak cukup baik. Tapi karena hanya dia yang pernah membuat aku merasa cukup, bahkan ketika aku sendiri merasa kurang.”

Reno tersenyum. “Jawaban itu udah cukup buatku. Terima kasih.”

Raka Tahu

Saat aku pulang, aku memutuskan untuk jujur. Aku tak ingin menyimpan cerita yang bisa jadi bom waktu.

“Aku ketemu Reno hari ini,” kataku saat video call malamnya.

Raka mengernyit. “Reno? Mantan kamu setelah kita putus itu?”

Aku mengangguk. “Dia tiba-tiba hubungi aku. Katanya lagi di Jakarta. Aku ketemu dia buat minta maaf... dan menutup semua yang pernah terbuka setengah.”

Raka diam beberapa saat. “Kenapa kamu merasa perlu menutup itu sekarang?”

“Karena aku gak bisa mulai sesuatu yang baru sama kamu kalau aku belum menyelesaikan luka lama yang belum sembuh. Aku gak mau hubungan kita jadi bayang-bayang masa lalu lagi. Entah masa lalu kamu, atau masa lalu aku.”

Dia menatapku lama. “Terima kasih udah jujur. Dan... terima kasih karena milih aku sekarang.”

Bersih-bersih Luka

Malam itu aku menulis di jurnal digitalku—tempat aku menyimpan semua pikiran tanpa filter:

“Ternyata yang paling menyakitkan bukan saat cinta pertama pergi, tapi saat kita menyadari bahwa kita gak pernah benar-benar menyembuhkan luka setelahnya.
Tapi hari ini, aku merasa satu luka lagi menutup. Bukan karena aku melupakannya. Tapi karena aku sudah berani menatapnya, mengakuinya, dan akhirnya... melepaskannya.”

Epilog Episode 4: Menyembuhkan Diri Sebelum Membagi Hati

Cinta bukan hanya soal siapa yang membuat kita bahagia, tapi juga siapa yang berani berdiri bersama kita saat kita sedang belajar menyembuhkan diri.

Aku dan Raka punya luka masing-masing. Tapi kami juga punya keberanian untuk menghadapinya, bersama. Dan itulah yang membuat hubungan ini terasa lebih nyata dari sebelumnya.

Karena cinta sejati bukan soal sempurna, tapi soal pulih bersama.

Hashtag:

#CLBK #CintaLamaBersemiKembali #LukaLama #CintaKembali #SerialRomantis #DiaryCinta #CintaDewasa #Episode4 #BlogAsmara #MemaafkanMasaLalu